Dialog bersama "Ustadz Farid Hamidy, Lc" dengan topik "Islam mengajarkan berkasih sayang"
Bagaimana ustad melihat fenomena valentine (hari kasih sayang) yang setahun sekali?
Kalo mereka menyebut hari itu sebagai hari kasih sayang, maka Islam mengajarkan untuk berkasih sayang setiap saat, tidak setahun sekali (tiap tanggal 14 Februari). Naif sekali yang mereka lakukan. Mengungkapkan kasih sayang hanya setahun sekali.
Bagaimana pengaruhnya bagi remaja sekarang ini khususnya remaja Islam?
Hari itu sering mereka jadikan legalitas untuk pacaran. Padahal sangat bertentangan dengan Al-Quran surat Al-Isro' ayat 32. "Janganlah kalian mendekati zina" baik zina mata, hati, telinga, tangan, kaki apalagi zina bertemunya alat kelamin tanpa disyahkan melalui pernikahan. Sekali lagi valentine melegalkan dan mensyahkan hubungan tanpa status (HTS) dan Virus Merah Jambu (VMJ) dalam Islam hal tersebut sangat dicela karena melanggar aturan Allah dan Rosul-Nya dan banyak menimbulkan kemaksiatan-kemaksiatan berikutnya.
Ustadz, bagaimana sebenarnya cinta itu?
Ketika kita berbicara masalah cinta dan valentine, pasti berbicara masalah cinta kepada someone, kekasih belahan hati, belahan jantung apa dengkul ya (ha. . .ha. . .ha. . .) dan biasanya para ABG itu kalo sudah cinta selalu dimana-mana ada si dia berarti mengalahkan cintanya kepada Allah. Sementara Islam punya manjemen cinta dan prioritas cinta, Surat At Taubah:24, bahwa prioritas pertama cinta adalah Allah, kemudian Muhammad Rosulullah, Jihad, dakwah, Islam baru kemudian kepada manusia. Nah kalu dibalik, apalagi cinta kepada pacar yang mengalahkan cinta kepada Allah, rosul, jihad, dakwah dan Islam maka Allah mengancam dalam surat tersebut". . . maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya."
Sebagian remaja mengatakan bahwa pacaran ada positifnya lho. . .?
Kalo saya mengambil kesimpulan positifnya memang ada dua. Positif dosa dan positif hamil di luar nikah. Ini yang perlu dipahamkan kepada para remaja-remaja itu.
Lantas. . .?
Seringkali pacaran itu penuh dengan kamuflase (tipuan mata). Berusaha yang terbaik agar si dia tertarik. Yang ditonjolkan yang baik-baik saja. Inikan munafik namanya.
Jadi, apa yang harus dilakukan para remaja kita?
Surat Al-Isro':32 dan At-Taubah perlu dijadikan pegangan bagi remaja kita. Dengan mereka (para remaja) lebih cinta kepada Allah, Rosul, dan Islam maka mereka akan mengikuti aturan-aturan Allah serta terhindar dari kemaksiatan. Apalagi ayat 32 Al-Isro' diapit dengan ayat tentang pembunuhan.
Bagi yang sudah terlanjur berpacaran bagaimana ustadz?
Solusinya hanya dua. Satu, langsung dilanjutkan dengan menikah. Dua, cut (putus). Dengan begitu berarti ia lebih mencintai Allah dan Rosul-Nya daripada si dia. Yang namanya jodoh dan takdir itu sudah diatur Allah 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya.
Setelah itu apalagi ustadz. . .?
Mari kita tingkatkan kecerdasan spiritual kita, emosional kita, dan inteligensia kita sehingga menjadi jundullah yang baik. Serahkan semuanya hanya kepada Allah.
Benteng terakhir mereka kira-kira apa ustadz?
Keluarga. Keluarga adalah unit terkecil sebuah negara. Untuk itu tidak bisa dengan sim salabim saja. Harus melewati proses yang lama. Sejak kecil usahakan didik mereka dengan pendidikan agama, pahamkan mereka pada ilmu agama, setiap saat berikan nasehat kepada anak secara terus-menerus, setiap hari setiap saat. Agar mereka dapat menjaga dari ghozwul fikry budaya-budaya barat yang tidak sesuai dengan Islam. Anak dilibatkan untuk pro aktif terhadap pendidikan-pendidikan agama Islam (tarbiyah).
Apa yang harus dilakulan sebuah keluarga agar dapat menjadi benteng?
Pertama, sediakan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan anak mempelajari dan memahami agama dengan benar. Misalkan, dengan membuat perpustakaan keluarga, mushola, dan berusaha menerapkan adab-adab islami dalam keluarga. Kedua, su'bah as sholihah, yaitu anak harus diajak dan dipilihkan seselektif mungkin teman-teman yang baik. Ini penting sekali karena teman itu pengaruhnya sangat luar biasa. Seorang anak yang baik tetapi temannya tidak baik menjadikan perilaku anak tersebut menjadi tidak baik pula.
Jadi. . ?
Sebuah keluarga harus bisa menciptakan bi'ah (lingkungan) yang sholeh. Kenalkan dengan orang-orang sholeh, dorong anak untuk mengikuti grup-grup anak sholeh, klub anak sholeh, halaqoh anak, atau kegiatan sholeh lainnya. Kemudian kita sebagai orang tua harus memantau apakah anak melakukan itu semua atau belum. Jika belum dorong terus.
Selanjutnya apa ustad. . . ?
Tauladan dari orang tuanya. Contohnya:"kamu harus sholat, kamu tidak boleh ikut-ikutan ini. . . . ,tapi orang tuanya tidak sholat. . . ikut-ikutan perayaan (valentine), beli coklat dan bunga valentine, dsb. Bagaimana anak bisa nurut perintah orang tua kalo dia sendiri tidak memberi contoh. Ini peringatan bagi para orang tua yang ingin anaknya menjadi sholeh/ sholihah. Berilah tauladan yang baik, ciptakan lingkungan yang sholeh (islami), dan yang terakhir dengan doa. Minta anak yang sholeh/ sholihah. Ingat! Doa adalah senjata nya orang-orang beriman (mukmin).
Baiklah, mulai sekarang jangan mau dibodohi teman-teman, sanak saudara, kerabat, bahkan sahabat... jangan relakan Islam dihancurkan lewat pelemahan dan penghancuran aqidah. Kita harus menjaga kesucian aqidah kita. Valentine itu perayaan ritual agama lain, jika kita ikut merayakannya. . . itu berarti kita telah ikut berusaha melestarikan dan memperluas ajaran agama lain. Jangan terprovokasi valentine atas nama hari kasih sayang. Toh pada hakekatnya. . kasih sayang bisa setiap hari kita ucapkan dan wujudkan kepada orang terkasi kita, nggak musti nunggu tanggal 14 Februari doank! Betul nggak? Kalau dulu-dulu sudah terlanjur pernah ngerayain nggak papa, biarin sajalah, yang lalu biarlah berlalu tapi jangan lupa perbanyak istighfar. . . and the important! Sekarang setelah kita tahu sejarah valentine sebenernya, bagaimana hukumnya, dan telah kita ketahui dalilnya, gimana? Masih haruskah kita ikut merayakan valentine?